Pada tanggal 1 Juli 2018, komunitas adat Tengger yang tinggal di lereng Gunung Bromo yang memukau, ikon menakjubkan Jawa Timur, akan kembali mengadakan upacara ritual sakral mereka yang telah berusia ratusan tahun, yaitu Yadnya Kasada. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ritual ini akan didahului oleh Festival Budaya Bromo Exotica yang epik, yang akan berlangsung pada tanggal 29 hingga 30 Juni 2018 di lautan pasir, tepat di kaki Mount Bromo.
Image source: Shutterstock
"Memuliakan Kehidupan; Memuliakan Alam yang Memberikan Kehidupan" adalah tema yang dipilih untuk Bromo Exotica tahun ini. Acara ini merupakan kolaborasi antara para seniman dari berbagai daerah di Indonesia, juga menampilkan seniman lokal dan tokoh budaya dari komunitas Tengger itu sendiri. Festival budaya ini akan disorot dengan pertunjukan Sendratari Kidung Tengger yang kolosal atau Tarian-Dramatik Lagu Tengger; akan ada pembacaan puisi oleh aktris Indonesia terkenal Cornelia Agatha dan Pevita Pierce; Pertunjukan Topeng Hudoq Dayak dari Kalimantan Timur; Tari Kecak Bali; Orkestra Musik Baleganjur dari Probolinggo, Jawa Timur; Parade Jaranan Tengger; Drama Swargaloka dari Jakarta; dan banyak lagi. Selain itu, akan ada kompetisi fotografi dan videografi.
Image source: Shutterstock
Setelah festival, upacara Ritual Yadnya Kasada (atau yang lebih dikenal dengan Kesodo) akan dilaksanakan pada 1 Juli atau hari ke-14 bulan Kasada menurut kalender lunar Hindu tradisional. Upacara ini merupakan tradisi yang sudah berabad-abad lamanya untuk menghormati Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, dan berdasarkan legenda kuno Roro Anteng dan Joko Seger.
Image source: Shutterstock
Konon, setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Roro Anteng dan Joko Seger masih belum dikaruniai anak. Mereka bermeditasi di puncak Gunung Bromo, memohon bantuan kepada dewa-dewa gunung. Para dewa mengabulkan permohonan mereka dan memberikan 24 anak, dengan syarat bahwa anak ke-25 harus dilemparkan ke dalam kawah gunung sebagai pengorbanan manusia. Permintaan para dewa tersebut dipatuhi, dan tradisi memberikan sesajen ke dalam kawah untuk menenangkan para dewa terus berlangsung hingga hari ini, meskipun tentunya, yang dilemparkan kini adalah ayam, kambing, dan sayuran, bukan manusia.
Image source: Shutterstock
Image source: https://www.viva.co.id
Yadnya Kasada dilakukan oleh masyarakat Tengger, yang merupakan keturunan dari bangsawan Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya pada abad ke-13 di Jawa Timur, yang mencari perlindungan di dataran tinggi Gunung Bromo setelah jatuhnya Kekaisaran Majapahit. Meskipun mayoritas masyarakat Jawa telah memeluk agama Islam, komunitas unik ini masih mempertahankan kepercayaan kuno mereka sejak zaman Majapahit hingga saat ini. Seperti halnya masyarakat Bali yang beragama Hindu, masyarakat Tengger juga menyembah Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, bersama dengan Trimurti yaitu dewa-dewa Shiva, Brahma, dan Vishnu, dengan unsur-unsur Animisme dan Buddha Mahayana.
Image source: https://www.viva.co.id
Saat hari Yadnya Kasada tiba, kerumunan yang telah mendaki bersama ke puncak gunung akan berdoa bersama di atas gunung dan melemparkan persembahan ke kawah Bromo. Yang dikorbankan adalah sayuran, buah-buahan, ternak, bunga, serta uang, yang dipersembahkan sebagai rasa syukur atas hasil pertanian dan ternak yang melimpah. Beberapa penduduk setempat bahkan tergelincir ke dalam kawah meskipun dengan risiko yang jelas, untuk mengambil barang-barang yang dikorbankan, karena mereka percaya bahwa ini akan membawa keberuntungan.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi
http://www.eksotikabromo.co.id/
Photo source of header banner: http://explore.khatulistiwa.co.id





