Sumatra Utara memiliki kekayaan kain yang khas. Masing-masing kain mencerminkan identitas dan nilai budaya masyarakat Sumatra Utara yang kaya dan beragam.
1. Kain Tenun Ulos (Toba)
Ulos adalah kain tradisional Batak Toba yang berfungsi dalam berbagai ritual adat. Dibuat dengan teknik tenun ikat, kain ini melambangkan kasih sayang, doa, dan berkat. Warna dominan merah, hitam, dan putih memiliki makna keberanian, duka, dan kesucian. Ulos sering diberikan dalam acara seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian.
2. Uis Gara (Karo)
Kain adat suku Karo ini dikenakan pada acara tradisional dengan warna merah, hitam, dan emas serta motif flora dan fauna. Uis Gara melambangkan status sosial dan penghormatan, sekaligus menjadi identitas budaya masyarakat Karo.
3. Uis Nipes (Karo)
Uis Nipes adalah variasi kain Karo yang sederhana, digunakan untuk keperluan sehari-hari atau acara tertentu. Kain ini sering dipakai wanita dalam upacara adat seperti pernikahan, tetap mencerminkan nilai tradisional.
4. Beka Buluh (Karo)
Kain eksklusif Karo ini bermotif bambu (buluh) dan digunakan dalam acara adat istimewa seperti pemberian gelar. Pola dan warnanya mencerminkan keagungan dan kebersamaan dalam budaya Karo.
5. Kain Oles (Pakpak)
Kain Oles adalah kain khas Pakpak dengan motif sederhana yang mencerminkan kehidupan sehari-hari dan kepercayaan lokal. Kain ini dipakai dalam upacara seperti pernikahan dan pengukuhan pemimpin adat.
6. Kain Hiou (Simalungun)
Hiou adalah kain adat Simalungun dengan warna cerah seperti merah, kuning, dan hitam. Kain ini digunakan dalam ritual adat dan melambangkan hubungan manusia, alam, serta Sang Pencipta, menjadi simbol persatuan dan doa.
7.Songket (Melayu)
Songket Melayu adalah kain tenun dengan benang emas atau perak yang menghasilkan pola mewah. Kain ini melambangkan kemakmuran dan kehormatan, sering dipakai dalam pernikahan atau pelantikan adat. Proses pembuatannya yang rumit menjadikannya warisan budaya bernilai tinggi.
