Siapa yang tidak mengenal Rumah Gadang? Bentuk atapnya yang unik dan penuh dengan simbol menjadikan Rumah Gadang sebagai salah satu kebanggaan Indonesia, terutama bagi masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat.
Rumah Gadang adalah cerminan dari kekayaan budaya leluhur yang karakter, bentuk, filosofi, hingga cara pembuatannya sangatlah unik. Salah satu ciri khas arsitektur Minangkabau adalah atap gonjong, yakni bagian yang menjulang dan dihiasi ornamen pada puncaknya.
Atap gonjong ini dirancang untuk menyesuaikan iklim tropis di wilayah Sumatera Barat. Selain itu, bangunan tradisional Minangkabau membuktikan kemampuannya menahan gempa yang sering melanda wilayah Sumatera Barat. Dahulu, atap gonjong hanya digunakan pada rumah gadang di dataran tinggi. Namun, berkat warga Minang yang merantau ke luar Sumatera Barat, kini atap gonjong menjadi simbol bahwa mereka adalah warga atau keturunan Minang.
Terkait asal-usul dan filosofi gonjong, ada beberapa pendapat yang kerap dijadikan rujukan, di antaranya adalah pendapat yang mengasosiasikan dengan bentuk tanduk kerbau, haluan kapal, dan daun sirih bersusun. Pendapat atap gonjong berbentuk tanduk kerbau didasarkan pada legenda asal usul kata Minangkabau. Sementara pendapat yang mengemukakan atap gonjong seperti haluan kapal dikaitkan dengan kisah pendaratan Iskandar Zulkarnain, salah seorang nenek moyang masyarakat Minangkabau. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa atap gonjong melambangkan daun sirih bersusun karena sirih sejak lama menjadi perlambang budaya yang penting dan sakral di Minangkabau. Perbedaan pendapat ini sangat lumrah, karena sumber sejarah Minangkabau rata-rata diwariskan melalui lisan dalam bentuk cerita atau yang biasa disebut tambo.
Salah satu filosofi yang cukup populer terkait atap gonjong adalah ornamen ini memiliki makna hierarki dalam pengambilan keputusan. Bentuk lengkung dan dominan mengandung makna bahwa segala sesuatu tidak disampaikan secara langsung, namun secara diplomatis. Kemudian bentuk perahu merupakan wujud kenangan masyarakat Minangkabau terhadap leluhur yang berlayar ke daerah ini. Sedangkan bentuk topi Iskandar Zulkarnain melambangkan kekuasaan.
Nah, salah satu lokasi yang tepat untuk Sobat Pesona kunjungi jika ingin melihat dan mengenal lebih jauh tentang arsitektur rumah khas Minang ini adalah Desa Wisata Saribu Gonjong atau Sarugo yang terletak di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Limapuluh Kota. Desa ini berada di sekitar 180 km sebelah utara Kota Padang, atau bisa ditempuh melalui jalur darat selama sekitar 5 jam.
Meski terbilang cukup lama, tapi sepanjang perjalanan Sobat Pesona akan dimanjakan dengan pemandangan alam Sumatera Barat yang memesona. Terlebih jika sudah memasuki kawasan Suliki, hamparan sawah yang berpadu dengan bukit menjadikan perjalanan selama 5 jam tidak terasa membosankan. Di Suliki, Sobat Pesona juga bisa mengunjungi rumah kelahiran dan makam salah satu pahlawan nasional yang disebut sebagai Bapak Republik, yakni Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka atau lebih dikenal Tan Malaka.
Dari makam ini, masih dibutuhkan waktu sekitar 30 menit lagi untuk mencapai Desa Wisata Sarugo. Tapi sebaiknya tak usah terburu-buru, karena pemandangan alam yang tersaji bisa Sobat nikmati sembari mencicipi jeruk siam gunuang Omeh yang merupakan komoditas utama produk perkebunan Desa Wisata Sarugo.
Setelah sampai di Desa Wisata Sarugo, Sobat Pesona akan disambut dengan deretan Rumah Gadang lengkap dengan atap gonjong. Semuanya berderet rapi membentuk barisan menghadap ke Masjid Raya. Setiap rumah memiliki Gonjong berjumlah lima yang melambangkan Rukun Islam.
Banyak hal yang bisa dieksplorasi saat berkunjung ke Desa Wisata Sarugo, mulai dari menikmati aneka olahan rendang, sampai kopi kawa daun yang penyeduhannya tidak melalui biji kopi tetapi dengan daun kawa yang telah dikeringkan dan diseduh layaknya menyeduh teh. Tidak hanya kuliner, kerajinan tangan olahan bambu, hingga area Desa Wisata Sarugo yang berpanorama eksotis pun bisa Sobat jelajahi.
Lokasi yang cukup terpencil dan terletak di perbukitan menjadikan Desa Wisata Sarugo terjaga, baik budaya maupun keindahan alamnya. Seperti yang disampaikan Mas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, saat mengujungi Desa Wisata Sarugo dalam rangka visitasi dan menilai desa wisata yang masuk 50 besar di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 pada tanggal 28 Agustus 2021 lalu, bahwa budaya dan kearifan lokal di Desa Wisata Sarugo terjaga, begitu pula dengan keindahan alamnya. Mas Menteri juga berpesan kepada warga Desa Wisata Sarugo agar potensi ini terus dilestarikan.
Sudah tak sabar ingin menjelajahi Desa Wisata Sarugo? Yuk, dukung upaya pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan 6M, mulai dari menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas, dan menghindari makan bersama agar aktivitas berwisata nanti tetap aman dan nyaman!
Buat Sobat Pesona yang sedang merencanakan liburan, jangan lupa follow akun IG @pesonaid_travel, Facebook: @pesonaid_travel, dan kunjungi website www.indonesia.travel untuk mendapatkan beragam informasi menarik lainnya.
4 Aktivitas Menarik Saat Menjelajahi Desa Wisata Apar, Pariaman
Load More
❯Tambah Pengalaman Wisatamu dengan Berkunjung ke Desa Wisata Sungai Batang, Sumatera Barat!
Load More
❯5 Aktivitas Seru di Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Sumatera Barat
Load More
❯10 Destinasi Wisata #DiIndonesiaAja ini Cocok Jadi Inspirasi Liburan Idaman
Load More
❯Rindu Gurihnya Rendang Padang? Pesan Rendang Kemasan #DiIndonesiaAja Yuk!
Load More
❯Situs ini merupakan situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Semua isi yang tercantum di dalam situs ini bertujuan untuk memberikan informasi dan bukan sebagai tujuan komersial. Penjualan yang ditampilkan merupakan tanda kemitraan yang akan menghubungkan Anda kepada Mitra Kami.