Banyak hal yang Sobat Pesona dapat lakukan untuk menikmati waktu di Jakarta selain bersenang-senang, jalan-jalan dan menikmati desain di jantung Ibu Kota. Perkaya pengetahuan Sobat Pesona dengan mempelajari sejarah kemerdekaan, yang dimulai di salah satu kota besar di Indonesia.
Museum-museum di Jakarta dapat menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu secara cerdas dan efisien. Tiap museum di Jakarta memiliki ceritanya sendiri Sobat Pesona, terutama beberapa museum yang menyimpan sisa-sisa sejarah kemerdekaan Indonesia.
Museum ini menyajikan banyak pengetahuan tentang pergerakan kebangkitan di Indonesia. Terletak di Jakarta Pusat, tempat ini dulunya merupakan sebuah sekolah kedokteran kesehatan Jawa dengan nama STOVIA. Museum Kebangkitan Nasional terdiri dari empat ruangan yang menyajikan informasi secara terperinci tentang gerakan di bidang pendidikan kesehatan, publikasi dan percetakan (pers), asal usul organisasi pemuda Budi Utomo serta gerakan perempuan.
Di antara ruangan-ruangan tersebut, museum medis dan kesehatan memiliki porsi yang paling besar. Tempat ini adalah tempat dimana pendidikan kedokteran Indonesia pertama kali dikembangkan oleh pemerintah Belanda. Hal yang menarik yang dapat ditemukan di museum ini adalah berbagai alat kesehatan asli dari tahun 1902.
Museum ini terletak di Jalan Abdul Rachman Saleh 26, Jakarta Pusat.
Juga terletak di Jakarta Pusat, Museum Sumpah Pemuda sebenarnya dibangun pada abad ke-20. Bila Sobat Pesona menelusuri kembali asalnya, bangunan ini sebenarnya milik seorang keturunan Tionghoa, Sie Kong Liong, yang akhirnya membuat bangunan ini menjadi asrama pria. Tidak hanya untuk siswa, tetapi bangunan ini juga berfungsi sebagai “rumah kos” bagi kaum muda yang tidak tinggal di Jakarta. Orang-orang muda ini aktif mengorganisir banyak gerakan sebagai wujud pengabdian mereka kepada negara. Selain itu, gedung ini juga digunakan oleh siswa untuk berlatih kesenian “Langen Siswo” dan melakukan diskusi politik.
Dimulai dari kelahiran PPPI atau Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia pada tahun 1926, antusiasme anak muda terus tumbuh besar dan memicu lahirnya banyak organisasi pemuda Indonesia yang membawa Indonesia menuju gerakan kemerdekaan.
Semangat nasionalisme yang membara dari pemuda Indonesia pada waktu itu menginspirasi berbagai bentuk perjuangan, termasuk Sumpah Pemuda, yang diperingati setiap 28 Oktober di Indonesia. Siapapun yang mengunjungi museum ini akan menemukan naskah asli dari lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang ditulis oleh Wage Rudolf Supratman dan juga sejarah organisasi Pramuka yang merupakan ide yang muncul dari semangat pemuda pada zaman itu.
Museum Sumpah Pemuda terletak di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat.
Gedung Museum Joang 45 dibangun sekitar tahun 1920-an. Bangunan ini pada awalnya adalah sebuah hotel yang dimiliki oleh keluarga L.C Schomper, seorang warga negara Belanda yang telah lama tinggal di Batavia. Saat itu, hotel ini menjadi sebuah hotel yang bagus dan terkenal di kawasan Batavia karena terletak di kawasan Menteng. Di masa lalu, bangunan ini berfungsi sebagai tempat persinggahan dimana para pemuda Menteng berkumpul dan belajar banyak tentang politik dengan Bung Karno dan Bung Hatta.
Para pemimpin muda inilah yang akhirnya tergerak untuk mendeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai mereka akhirnya membawa Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta bersama dengan Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra diasingkan ke Rengasdengklok. Di museum ini, pengunjung akan melihat banyak benda peninggalan gerakan kemerdekaan Indonesia. Pengunjung juga dapat melihat mobil yang digunakan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia Mohammad Hatta. Mobil-mobil ini masih dapat bekerja dengan baik dan setiap tanggal 16 Agustus, mobil-mobil ini digunakan untuk mengelilingi Jakarta dengan mengikuti rute retrospektif Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Gedung Museum Joang 45 terletak di Jalan Menteng Raya 31, Jakarta Pusat.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi sebenarnya adalah rumah dari Laksamana Tadashi Maeda, yang pada waktu itu, memiliki posisi yang cukup berpengaruh selama pendudukan Jepang di Indonesia. Laksamana Tadashi Maeda memiliki hubungan persaudaraan dengan beberapa tokoh yang terlibat dalam perjuangan untuk kebangkitan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada 16 Agustus 1945, selama hari-hari terakhir sebelum kemerdekaan Indonesia, beliau mengundang Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta kembali dari pengasingan di Rengasdengklok untuk merumuskan naskah proklamasi yang berlangsung hingga jam 3 pagi. Masih dapat Sobat jumpai kursi, meja bahkan piano yang ada saat para Proklamator merumuskan naskah proklamasi.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di Jalan Imam Bonjol no.1 Menteng, Jakarta Pusat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sepenuhnya mendukung pelestarian bangunan bersejarah ini. Harga tiket masuk ke museum-museum ini juga sangat terjangkau, dengan kisaran dibawah Rp. 10.000,-. Museum-museum ini juga terletak di jarak yang relatif dekat satu sama lain. Sobat dapat menjangkau tiap museum ini dengan menggunakan transportasi lokal Jakarta, seperti bajaj atau Angkot.
Museum Nasional terletak di Jakarta Pusat, dekat Monumen Nasional yang dikenal dengan ‘Monas’.
Museum Nasional adalah tuan rumah bagi segala sesuatu yang terkait erat dengan sejarah dan budaya Indonesia sebelum pembentukan pemerintahan modern. Di museum ini, terdapat banyak ruang luas yang sering digunakan untuk berbagai keperluan seperti, konferensi, pertemuan resmi, atau pertunjukan seni budaya.
Museum ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya sebagai “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena terdapat patung gajah perunggu tepat di depan museum. Patung tersebut adalah hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand, yang mengunjungi museum tersebut pada tahun 1871. Untuk waktu yang lama, tempat ini juga dikenal sebagai “Gedung Arca” karena terdapat berbagai patung atau arca yang disimpan di sana dari berbagai zaman di gedung itu.
Museum Nasional, hingga hari ini, memiliki 160.000 benda bersejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi yaitu; Prasejarah, Arkeologi Klasik atau Hindu-Buddha; Numismatik dan heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah. Kompleks Museum Nasional dibangun di atas lahan berukuran 26.500 meter persegi dan saat ini memiliki 2 bangunan. Gedung A digunakan untuk ruang pameran dan penyimpanan koleksi, sementara gedung B, juga dikenal sebagai Gedung Arca, secara resmi dibuka pada 20 Juni 2007.
Selain destinasi wisata sejarah di Jakarta yang sudah diulas di atas, ada satu lagi bangunan bersejarah yang berkaitan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu Rumah Sejarah Rengasdengklok.
Tempat bersejarah ini bisa Sobat Pesona temukan di Karawang, Jawa Barat, nih! Rumah Sejarah Rengasdengklok dulunya menjadi lokasi peristiwa penculikan Bung Karno dan Bung Hatta oleh para golongan muda, karena ingin membujuk keduanya untuk segera melaksanakan proklamasi di situasi kekosongan kekuasaan pasca kekalahan Jepang melawan Sekutu. Rumah yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No.33, Rengasdengklok Utara, ini milik Djiaw Kie Siong dan sudah didirikan sejak tahun 1920. Hingga sekarang, tempat bersejarah tersebut masih menyimpan bekas peninggalan dan memorabilia terkait dengan peristiwa Rengasdengklok. Di antaranya seperti, kamar tempat istirahat Bung Karno dan Bung Hatta, serta sejumlah foto sejarah Bapak Proklamator Republik Indonesia yang terpajang rapi di dinding.
Nah, itu tadi beberapa tempat bersejarah #DiIndonesiaAja yang menjadi saksi bisu atas deretan peristiwa kemerdekaan RI. Sobat Pesona udah pernah mampir ke tempat yang mana aja, nih?
Situs ini merupakan situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Semua isi yang tercantum di dalam situs ini bertujuan untuk memberikan informasi dan bukan sebagai tujuan komersial. Penjualan yang ditampilkan merupakan tanda kemitraan yang akan menghubungkan Anda kepada Mitra Kami.