go-explore

Wayang Potehi

 

Acara Virtual Heritage kali ini membahas tentang wayang yaitu Potehi, wayang 3 dimensi dari komunitas Rumah Cinwa (Cinta Wayang). Komunitas ini berdiri sejak 23 November 2014 yang bermula dari garasi rumah orang tua salah satu pendiri Cinwa, Ibu Woro Mastusi. “Tujuannya ya mau memperkenalkan wayang Potehi ini kepada masyarakat, karena wayang adalah warisan budaya Indonesia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO” tegas beliau.  Kalau kalian ada yang belum tahu, wayang asli Indonesia sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 7 November 2003 oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB melalui Badan Pendidikan dan Kebudayaan UNESCO.


Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

Sama seperti wayang pada umumnya, wayang potehi ini juga punya dalang loh. Nah, karena banyaknya karakter dan suara yang ditampilkan biasanya dalam satu pertunjukan Potehi, memerlukan minimal dua orang dalang, jadi bisa bagi-bagi peran karakter deh. Lalu, biasanya ada juga satu orang asisten dalang, yang membantu menyiapkan wayang-wayang yang akan dimainkan, misalnya mengganti baju yang akan diperankan sesuai karakter.

“Kalau soal dalang nih berarti harus punya skill untuk mengeluarkan banyak suara ya? kan karakternya banyak nih dengan suara yang beda-beda. Belajarnya gimana mas Cecep? Apa udah bakat aja?”  tanya J Ryan. 


Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

“Saya yakin setiap orang punya bakat, tapi tetap harus dilatihkan paling engga membiasakan dirilah, merubah suara-suara, misalnya dari suara yang berat jadi suara yang cempreng gitu” jawab Cecep sang dalang millennials dari rumah Cinwa.

Kalau soal alat musik yang dimainkan selama pertujukan, wayang potehi punya dua karakter alat musik, pertama ada alat musik perkusi dan melodi. Salah satu alat musik khas adalah Piak ko terbuat dari kayu dan mengeluarkan suara yang nyaring.

“Kalau secara musik nih, apakah sudah ada lagu-lagu khusus atau mengikuti irama dalang aja?” tanya Jay pada Sekar salah satu pemain musik andalan rumah Cinwa.

“Biasanya kami membaca tempo dan suasana yang dibawakan dalang aja, karena musik inikan fungsinya untuk membangun ambience dari cerita” jawabnya singkat.

Biasanya pada pertunjukan wayang jawa, sang dalang melantunkan Suluk, sebuah lagu vokal yang dilantunkan oleh dalang untuk memberikan suasana tertentu dalam adegan-adegan pertunjukan wayang yang berisi tembang-tembang dalam bahasa Jawa.  Kalau dalam wayang potehi, Suluk yang ditampilkan  bukan berupa nyanyian tapi puisi yang dibacakan dalam bahasa Hokkian.


Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

Nah, acara Virtual Heritage “Wayang Potehi Seri Sun Go Kong Perjalanan ke Barat” bercerita tentang Bhiksu Tong dan Sun Go Kong ketika bertemu sebuah keluarga yang punya menantu berwajah seperti babi. Siluman babi alias Ti Pat Kay yang hadir dalam diri sang menantu akhirnya bertobat dan bergabung dengan Bhiksu Tong dan Sun Go Kong. Pesan moralnya, bahwa setiap orang memiliki watak baik dan buruk. Tapi, watak baik, kasih sayang dan toleransi akan membawa seseorang kepada ketentraman, kedamaian hati dan kebahagiaan.  


Seru kan? Kamu bisa liat tayangan lengkapnya di YouTube Pesona Indonesia dan jangan lupa masih ada Virtual Heritage lainnya loh, kamu bisa cek jadwalnya di website Traval www.traval.co.