Di Pulau Bangka, beruk (Macaca nemestrina) memiliki tempat istimewa dalam budaya masyarakat Melayu. Satwa ini sering digunakan untuk membantu memetik kelapa, sebuah praktik tradisional yang masih bertahan di beberapa daerah. Selain kecerdasannya, beruk juga dianggap memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia, sehingga dihormati oleh sebagian besar masyarakat. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pekerja alami, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan sosial dan budaya lokal.
Selain peranannya dalam pertanian, beruk juga menjadi simbol keseimbangan alam di Bangka. Keberadaannya menunjukkan hutan yang masih asri dan lingkungan yang sehat bagi ekosistem setempat. Sayangnya, perburuan liar dan hilangnya habitat alami akibat deforestasi mengancam populasi beruk. Oleh karena itu, perlindungan dan pelestarian spesies ini menjadi penting agar kearifan lokal yang melibatkan beruk tetap lestari dan keseimbangan ekosistem terjaga.