go-explore

Batik Tiga Negri Lasem

 

Kalian sudah tau Traval LIVE Heritage? Wisata virtual yang melibatkan komunitas dan para pelaku wisata. Traval bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuat sebuah Virtual Heritage LIVE Experience. Virtual Heritage Live Experience ini membahas wisata tematik berbasis budaya dan komunitas di delapan titik yang tersebar di wilayah Barat dan Timur Indonesia. Juga membahas para komunitas ini as local heroes dalam pelestarian dan pengembangan budaya daerah masing-masing supaya menjadi tempat wisata yang menarik.

batik tiga negeri lasem

Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

LIVE Experience perdana ada Virtual Heritage: Batik Tiga Negeri Lasem. Dipandu oleh Yulia dari komunitas Kesengsem Lasem selama 2 jam akan membawa kamu masuk kedalam mesin waktu, menjelajahi separuh dunia dan waktu ratusan tahun yang lalu. LIVE kali ini kamu akan diajak berkenalan dengan beberapa tokoh dari Lasem yaitu Gilang Surya ketua Yayasan Lasem Heritage, Renny Priscilla  dari Rumah Batik Maranatha, Ekawatiningsih dari Rumah Batik Lumintu dan Rudi Siswanto dari Rumah Batik Kidang Mas. Selain itu kita juga akan ngobrol langsung dengan founder IKAT Indonesia, seorang desainer kebanggaan Indonesia, Didiet Maulana.

batik tiga negeri lasem

Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

Langsung aja ya, pertama kita ada Gilang surya yang menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan kain batik di Indonesia dan sejarah Batik Tiga Negeri ini. Berawal dari penelitian Agni Malagina dan Feri Latief yang berjudul "Corong Candu di Tepian Jawa". Karena rasa penasaran Agni mengenai apa itu batik Tiga Negeri dan sejak kapan Batik Tiga Negeri itu ada. Terdapat beberapa versi cerita mengenai Batik Tiga Negeri. Salah satunya menyebutkan bahwa Batik Tiga Negeri adalah batik yang terdiri dari tiga warna dan diwarnai di tiga kota yang berbeda, yaitu warna merah diwarnai di kota Lasem, warna biru di Pekalongan dan terakhir warna coklat di kota Solo atau Jogja. Pada awalnya pewarna batik ini terbuat dari bahan-bahan dari alam yaitu merah akar mengkudu, biru daun indigofera dan coklat kayu tegaran. Tapi seiring berjalannya waktu, pewarna batik ini diganti menggunakan pewarna kimia. 

batik tiga negeri lasem

Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

Lalu kedua kita akan berkunjung langsung ke rumah batik Nyah Kiok atau rumah batik Maranatha. Rumah batik ini memproduksi warna merah dari Batik Tiga Negeri, keistimewaan dari warna merah Lasem adalah warna merah yang seperti darah ayam, tapi pewarnanya bukan dari darah ayam loh.  Makna warna merah sendiri dalam kebudayaan Tionghoa adalah kebahagiaan.  Jadi para pengrajin batik ini berharap setiap orang yang punya batik ini, hidupnya akan didominasi oleh kebahagiaan. “Keunikan dari rumah batik Maranatha karena mereka memproduksi kain batik premium dengan range harga 4 juta sampai 300 juta” Kata Didiet Maulana. Kenapa harganya bisa mahal banget? Karena semuanya dilakukan dengan baik dan telaten mulai dari pemilihan bahan kain, pengerjaan pewarnaan sampai menggambar detailnya. 

Ketiga kita akan bertemu Ekawatiningsih dari Rumah Batik Lumintu yang menciptakan warna biru. Eka masih menggunakan cara tradisional untuk pewarnaan kain batik ini salah satunya adalah wedelan, cara pewarnaannya adalah kain dimasukkan ke dalam bak kayu atau semen. “Kain yang akan diwarnai dilipat atau dibagi jadi dua bagian tergantung ukuran bak. Direndam setengah jam, dikeluarkan dari bak, nanti akan terlihat warna hijau kekuningan,” kata Ekawatiningsih. Warna biru juga identik dengan eropa yang berkarakter elegan dan berwibawa. 

Warna terakhir adalah coklat kita akan langsung bertemu dengan Rudi Siswanto dari Rumah Batik Kidang Mas. Rumah batik ini sudah memasuki generasi ke-enam, pada generasi pertama para nenek moyang hanya membuat batik untuk dipakai sendiri, tapi karena banyak yang berminat dengan batik tersebut akhirnya mereka memproduksi batik untuk diperjual belikan hingga sekarang. Rudi juga masih menggunakan teknik tradisional dalam pewarnaan batik. Ada batik warna alam, komposisinya biru pakai daun Indigofera, cokelat dari kayu-kayuan misalnya mahoni, teger, dan jambal. Batik yang menggunakan bahan-bahan alami untuk pewarnaan sudah mulai menarik minat masyarakat lantaran warna yang diberikan terlihat berbeda dan tidak terlalu pekat bak batik klasik.

Setelah mendengar sejarah dan keunikan dari masing-masing rumah batik kita akan belajar memakai kain Lasem sebagai sarung yang akan dipandu oleh Gilang.

batik tiga negeri lasem

Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

Setelah itu kita akan mendengar bagaimana awal Didiet Maulana jatuh cinta dengan Lasem. ”Awalnya itu karena baca artikelnya Agni untuk National Geographic Indonesia, akhirnya saya tertarik dan berkunjung langsung ke Lasem, sampai disana ternyata saya dikasih kesempatan untuk membuat pagelaran yang judulnya Kesengsem Lasem” ungkap Didiet Maulana. Beliau juga akan menunjukan hasil  risetnya tentang keindahan dan uniknya budaya Indonesia yang berhasil ‘kawin’ dengan budaya China lalu memperanak budaya yang sangat indah yaitu Batik Tiga Negeri Lasem. Didiet juga menampilkan sebuah Virtual Fashion Show dengan tema Kesengsem Lasem yang belum pernah ditayangkan di platform manapun, pertama kalinya hanya di Traval LIVE Virtual Heritage.

batik tiga negeri lasem

Sumber Foto: Traval Virtual Heritage

Seru banget kan perjalan Virtual Heritage: Batik Tiga Negeri, Kesengsem Lasem ini? Kalau kamu mau tau cerita lengkap tentang Batik Tiga Negeri ini atau melihat gimana sih virtual show persembahan Didiet Maulana dari IKAT Indonesia kamu bisa lihat tayangannya di kanal YouTube Pesona Indonesia. 

Masih banyak virtual Heritage lainnya yang gak kalah unik dan seru, kamu bisa cek jadwalnya di website Traval www.traval.co yah!